Polman - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) terus memperkuat upaya percepatan penurunan stunting melalui penguatan program berbasis layanan primer. Salah satunya dengan mengarahkan Puskesmas Campalagian untuk fokus pada 14 indikator spesifik penanganan stunting yang dibagi sesuai kelompok sasaran.
Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung di Puskesmas Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), pada Rabu, 3 September 2025. Dalam kesempatan tersebut, Agustina Uta Tabangkalua, pengelola data gizi Dinas Kesehatan Sulbar, memaparkan strategi penanganan stunting melalui intervensi siklus hidup, mulai dari remaja, ibu hamil, hingga balita, serta dukungan lingkungan sehat. Indikator yang menjadi fokus meliputi:
1. Desa bebas BABS (buang air besar sembarangan).
2. Balita memperoleh imunisasi dasar lengkap.
3. Balita gizi buruk mendapat tatalaksana/dirawat.
4. Balita gizi kurang mendapatkan makanan tambahan.
5. Anak usia 6–23 bulan mendapat MP-ASI yang baik dan beragam.
6. Balita mendapat ASI eksklusif sejak lahir hingga 6 bulan.
7. Pemantauan pertumbuhan balita (rata-rata D/S).
8. Ibu hamil KEK mengonsumsi makanan tambahan.
9. Ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah.
10. Ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC minimal 6 kali.
11. Ibu hamil mendapatkan pemeriksaan K1 murni.
12. Ibu hamil mendapat layanan 12T (pemeriksaan antenatal terstandar dan berkualitas).
13. Rematri mengonsumsi tablet tambah darah sesuai anjuran.
14. Rematri mendapatkan skrining anemia (kelas 7, 8, 10).
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Sulbar, dr. Nursyamsi Rahim, menegaskan bahwa Puskesmas Campalagian memiliki peran strategis sebagai pembina wilayah Desa Lampoko, salah satu desa lokus Pasti Padu.
“Penanganan stunting menjadi prioritas utama pemerintah daerah dan termasuk dalam program unggulan Sulbar Sehat. Melalui pendekatan Pasti Padu, seluruh lintas program dan lintas sektor harus bergerak bersama agar target penurunan stunting dapat tercapai,” ujar dr. Nursyamsi.
"Pencegahan harus lebih dikedepankan daripada mengobati. Cegah stunting lebih efektif dan murah dalam menurunkan prevalensi stunting dibandingkan mengobati yang sudah stunting,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Sulbar Suhardi Duka dalam beberapa kesempatan menekankan bahwa percepatan penanganan stunting harus dilakukan secara terintegrasi dengan melibatkan semua pihak melalui gerakan Pasti Padu, agar intervensi benar-benar tepat sasaran.
Dengan penguatan 14 indikator spesifik berbasis siklus hidup, diharapkan penanganan stunting di Polman, khususnya Desa Lampoko, dapat lebih terarah dan berdampak nyata terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Sulbar.
Naskah : Dinkes Sulbar
Editor : Tim Humas Pemprov Sulbar